Gang Dolly.... apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata Gang Dolly, Prostustisi,mesum,PSK,pur*l,lelaki hidung belang,WTS ???
ya memang sih.... gang dolly identik dengan kosa kata negatif seperrti diatas,
Siapa yang belum tahu gang Dolly,iki loh tak ceritani
Gang dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur. Konon kabarnya lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok,Thailand dan Geylang di Surabaya.
lokalisasi Dolly sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart (oalaah...pantesan namanya dolly)
Ribuan turis, baik lokal maupun internasional, berkunjung ke lokalisasi ini setiap malamnya untuk menikmati hiburan yang ditawarkan para wanita tuna susila,yang berkedok pijat plus-plus dan spa.
Perlu kalian ketahui rek, Dolly adalah salah satu pemasok pajak terbesar bagi Kota Surabaya,namun keberadaannya menuai Pro kontra dan kecaman yang keras dari berbagai pihak. serta dipandang sebagai tempat yang bejat dan amoral.
Tahukah kamu kabar baru tentang Dolly?
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menutup Dolly, paling lambat sebelum bulan Ramadhan 2014. (OMG)
Mosok ???
Iyo....gak percaya baca'o koran to....
Gang Dolly yang sebelumbya adalah tempat berbinis yang haram akan disulap menjadi tempat yang lebih bermanfaat dan tentunya halal,serta memberikan kontribusi yang positif dan lebih bermanfaat kepada masyarakat. Berdasarkan masterplan pemerintah Kota Surabaya, lokasi Gang Dolly saat ini akan dimanfaatkan sebagai smart city, yang terdiri dari pasar, sentra pedagang kaki lima, ruang untuk TPA, balai latihan kerja, sekolah PAUD, dan bazar rakyat.
Penutupan lokalisasi tentunya akan menimbulkan resiko dan pro kontra,apalagi kalo lokalisasi itu sebesar Dolly yang terkenal seantero asia tenggara.
Pihak yang Kontra berpendapat bahwa kebijakan Pemkot Surabaya ini tidak pro rakyat karena di kawasan ini banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari geliat dunia malam. Kalian tentunya tahu donk dolly menjadi sentra aktivitas berbagai kalangan penduduk sekitar, entah itu aktivitas prostitusi maupun aktivitas keseharian masyarakat lain seperti tukang becak,penjaja rokok dan PKL di area tersebut. Gang Dolly telah memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat sekitar, terutama dalam sektor perdagangan dan jasa. Jika lokalisasi ini ditutup secara tergesa-gesa tanpa persiapan yang matang akan terjadi ketimpangan ekonomi dan peningkatan angka pengangguran secara besar-besaran dooonk, selain itu akan menimbulkan implikasi selanjutnya,misalnya para eks dolly yang tidak lagi memiliki tempat beroperasi tersebut akan menjajakan diri di pinggir jalan dan persebarannya tidak lagi bisa dikontrol oleh pihak-pihak yang berwenang,sehingga gak menutup kemungkinan donk justru akan menumbuhkan prostitusi yang terselubung.(waduuuh makin gak terkontrol nih)
Sedangkan Pemkot Surabaya sendiri ingin mewujudkan Surabaya Bebas Prostitusi,mengingat angka masyarakat yang mengidap HIV/AIDS tiap tahun meningkat,selain itu pemerintah memandang keberadaan lokalisasi dolly menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan psikologis anak yang bertempat tinggal di area lokalisasi,terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur-umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat.
(waduuuh anak TK bisa jadi cabe-cabean nih),
Selain itu keberadaan Dolly memicu meningkatnya angka kriminalitas dan merusak moral. (loh kok bisa??) yo...iyolah coba deh pikiren rek gak menutup kemungkinan toh terjadinya trafficking/jual beli manusia yang sebagian besar korbannya merupakan remaja putri yang berpotensi menjadi penerus bangsa kedepannya
Terus gimana dooonk? ditutup gak enaknya nih??
Menurut kalian gimana rek??
Kalo saya pribadi sih berpendapat sebaiknya gang Dolly ditutup saja,mengingat begitu banyak dampak negatif dari keberadaannya,sungguh ironi kan Kota surabaya yang didominasi oleh warga muslim ditengah-tengahnya muncul sebuah lokalisasi taraf internasional ?? akan tetapi Pemerintah harus memberikan bantuan di bidang lapangan pekerjaan sertamelakukan pembinaan agar para alumni Dolly mendapatkan skill yang memadai, sehingga mereka tidak tersisihkan dalam persaingan yang ketat di dunia kerja dan dapat hidup layak sesuai syariat agama serta diterima di masyarakat.
NB : Buat Pemkot Surabaya(terutama Bu Risma) semangat ya menangani masalah ini,dan jangan bekerja setengah-setengah....
OK??
ya memang sih.... gang dolly identik dengan kosa kata negatif seperrti diatas,
Siapa yang belum tahu gang Dolly,iki loh tak ceritani
Gang dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur. Konon kabarnya lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok,Thailand dan Geylang di Surabaya.
lokalisasi Dolly sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart (oalaah...pantesan namanya dolly)
Ribuan turis, baik lokal maupun internasional, berkunjung ke lokalisasi ini setiap malamnya untuk menikmati hiburan yang ditawarkan para wanita tuna susila,yang berkedok pijat plus-plus dan spa.
Perlu kalian ketahui rek, Dolly adalah salah satu pemasok pajak terbesar bagi Kota Surabaya,namun keberadaannya menuai Pro kontra dan kecaman yang keras dari berbagai pihak. serta dipandang sebagai tempat yang bejat dan amoral.
Tahukah kamu kabar baru tentang Dolly?
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menutup Dolly, paling lambat sebelum bulan Ramadhan 2014. (OMG)
Mosok ???
Iyo....gak percaya baca'o koran to....
Gang Dolly yang sebelumbya adalah tempat berbinis yang haram akan disulap menjadi tempat yang lebih bermanfaat dan tentunya halal,serta memberikan kontribusi yang positif dan lebih bermanfaat kepada masyarakat. Berdasarkan masterplan pemerintah Kota Surabaya, lokasi Gang Dolly saat ini akan dimanfaatkan sebagai smart city, yang terdiri dari pasar, sentra pedagang kaki lima, ruang untuk TPA, balai latihan kerja, sekolah PAUD, dan bazar rakyat.
Penutupan lokalisasi tentunya akan menimbulkan resiko dan pro kontra,apalagi kalo lokalisasi itu sebesar Dolly yang terkenal seantero asia tenggara.
Pihak yang Kontra berpendapat bahwa kebijakan Pemkot Surabaya ini tidak pro rakyat karena di kawasan ini banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari geliat dunia malam. Kalian tentunya tahu donk dolly menjadi sentra aktivitas berbagai kalangan penduduk sekitar, entah itu aktivitas prostitusi maupun aktivitas keseharian masyarakat lain seperti tukang becak,penjaja rokok dan PKL di area tersebut. Gang Dolly telah memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat sekitar, terutama dalam sektor perdagangan dan jasa. Jika lokalisasi ini ditutup secara tergesa-gesa tanpa persiapan yang matang akan terjadi ketimpangan ekonomi dan peningkatan angka pengangguran secara besar-besaran dooonk, selain itu akan menimbulkan implikasi selanjutnya,misalnya para eks dolly yang tidak lagi memiliki tempat beroperasi tersebut akan menjajakan diri di pinggir jalan dan persebarannya tidak lagi bisa dikontrol oleh pihak-pihak yang berwenang,sehingga gak menutup kemungkinan donk justru akan menumbuhkan prostitusi yang terselubung.(waduuuh makin gak terkontrol nih)
Sedangkan Pemkot Surabaya sendiri ingin mewujudkan Surabaya Bebas Prostitusi,mengingat angka masyarakat yang mengidap HIV/AIDS tiap tahun meningkat,selain itu pemerintah memandang keberadaan lokalisasi dolly menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan psikologis anak yang bertempat tinggal di area lokalisasi,terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur-umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat.
(waduuuh anak TK bisa jadi cabe-cabean nih),
Selain itu keberadaan Dolly memicu meningkatnya angka kriminalitas dan merusak moral. (loh kok bisa??) yo...iyolah coba deh pikiren rek gak menutup kemungkinan toh terjadinya trafficking/jual beli manusia yang sebagian besar korbannya merupakan remaja putri yang berpotensi menjadi penerus bangsa kedepannya
Terus gimana dooonk? ditutup gak enaknya nih??
Menurut kalian gimana rek??
Kalo saya pribadi sih berpendapat sebaiknya gang Dolly ditutup saja,mengingat begitu banyak dampak negatif dari keberadaannya,sungguh ironi kan Kota surabaya yang didominasi oleh warga muslim ditengah-tengahnya muncul sebuah lokalisasi taraf internasional ?? akan tetapi Pemerintah harus memberikan bantuan di bidang lapangan pekerjaan sertamelakukan pembinaan agar para alumni Dolly mendapatkan skill yang memadai, sehingga mereka tidak tersisihkan dalam persaingan yang ketat di dunia kerja dan dapat hidup layak sesuai syariat agama serta diterima di masyarakat.
NB : Buat Pemkot Surabaya(terutama Bu Risma) semangat ya menangani masalah ini,dan jangan bekerja setengah-setengah....
OK??
0 komentar:
Posting Komentar